Menghadang Radang Telinga

|

Nina Lestari terperanjat melihat anaknya Cynthia Valentina-bukan nama sebenarnya-asyik menyaksikan televisi bersuara sangat keras sehingga memekakkan telinga. Padahal, Cynthia hanya berjarak 6 meter di depan kotak ajaib itu. Oleh karena itu Nina bergegas mengambil remote dan mengecilkan volume suara televisi. Namun, Cynthia mengambil remote dan memperbesar kembali volume televisi.

Semula Nina menganggap itu hanya keisengan bocah berusia 5 tahun. Namun, beberapa bulan berselang Cynthia kerap mengeluh tak bisa mendengar suara Nina ketika berbicara pelan. Makanya Nina harus mengeraskan suaranya ketika berkomunikasi dengan Cynthia. Dampak dari gangguan pendengaran itu, Cynthia yang duduk di barisan belakang di kelas harus bolak-balik ke depan untuk menyimak pelajaran.

Lem telinga
Ibu 3 anak itu sangat khawatir sehingga membawa Cynthia ke dokter spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan (THT) di Jakarta Selatan. Setelah memeriksa intensif, dokter mendiagnosis Cynthia menderita glue ear. Orang awam menyebutnya congek atau kopok. Lazim pula dikenal sebagai otitis media supuratif kronik (OMSK). OMSK merupakan infeksi telinga bagian tengah, biasanya disertai pengeluaran cairan dari liang telinga sehingga disebut supuratif. Disebut kronik jika penyakit ini hilang-timbul atau menetap selama 2 bulan atau lebih.

Menurut dr Maria Theresia Karnadi di Jakarta, radang telinga glue ear merujuk pada terjadinya penyumbatan cairan kental di telinga bagian tengah. Akibatnya pendengaran penderita terganggu. Penyebabnya beragam: alergi, infeksi kuman, dan kerusakan mekanis pada tuba auditorius-saluran penghubung antara telinga dan hidung.

Survei Departemen Kesehatan menunjukkan kuman penyebab OMSK antara lain Staphylococcus aureus sebanyak 26%, Pseudomonas aeruginosa 19,3%, Streptococcus epidermidimis 10,3%, gram positif lain 18,1%, serta kuman gram negatif lain sebanyak 7,8%.

Untuk mengatasi gangguan pendengaran itu, dokter meresepkan obat semprot hidung, digunakan tiap pagi dan malam, serta antialergi. Meski disiplin mengkonsumsi obat selama 5 bulan, gangguan pendengaran itu tak kunjung hilang.

Bahkan pada 2008 Cynthia harus menjalani operasi untuk mengeluarkan cairan yang menumpuk di telinga. Lubang kecil sekitar 2-3 cm dibuat di gendang telinga. Setelah itu dimasukkan grommet alias pipa kecil ke dalam lubang telinga tengah menembus gendang telinga yang telah dilubangi. Tujuannya untuk mengeluarkan cairan yang menumpuk. Grommets akan lepas dengan sendirinya ketika gendang telinga tumbuh kembali, biasanya setelah 6-12 bulan. Toh, itu pun tak terlalu membantu pendengaran gadis kelahiran 14 Februari 1994 itu.

Penderita yang mendapat infeksi telinga biasanya menderita infeksi saluran napas atas semisal influenza atau sakit tenggorokan. Antara hidung dan telinga dihubungkan oleh sebuah saluran tuba auditorius. Jika infeksi di saluran atas tak diobati dengan baik bisa menjalar ke telinga.

Antibakteri
Pada Januari 2009 seorang kerabat menyarankan Nina untuk memberikan ekstrak teripang kepada Cynthia. Karena pengobatan yang selama ini dijalani belum membuahkan hasil, Nina menuruti saran itu. Cynthia pun rutin mengkonsumsi 1 sendok makan ekstrak teripang 3 kali sehari. Sebagai tambahan, ia juga mengkonsumsi 10 tablet spirulina 2 kali sehari.

Sebulan kemudian, kondisi tubuhnya kian fit dan pendengarannya pun membaik. Kandungan gizi teripang yang lengkap membuatnya ampuh membangun kekebalan tubuh dan memberantas bakteri. Sebut saja 9 jenis karbohidrat, 19 jenis asam amino, 25 komponen vitamin, 59 jenis lemak, 5 jenis sterol, dan 10 jenis mineral.

Itu diperkuat oleh hasil riset dari Prof Ridzwan Hashim dari Universitas Kebangsaan Malaysia bahwa teripang Bohadshia argus, Holothuria atra, dan H. scabra berefek antibakteri. Musababnya menurut Ridzwan namako-sebutan teripang di Jepang-mengandung phosphate buffered saline yang ampuh menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan gram negatif. Berkat itulah kini Cynthia tak perlu mengeraskan volume televisi yang membuat pekak telinga seluruh penghuni rumah. (Faiz Yajri)

Sumber: Majalah trubus

0 komentar:

Posting Komentar